Episode
kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya.
pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya.
angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran,
tiba-tiba ia bertanya:
"mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?"
aku hanya tertawa.
lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku.
sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
1971
Sumber: Rendra,
Empat Kumpulan Sajak, Pustaka Jaya.
lihat juga puisi karya Rendra yang lainnya ya...
Pemandangan Senjakala
senja yang basah meredakan hutan yang terbakar.
kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit kelabu tua.
bau mesiu di udara. bau mayat. bau kotoran kuda.
sekelompok anjing liar
memakan beratusribu tubuh manusia
yang mati dan yang setengah mati.
dan diantara kayu-kayu hutan yang hangus
genangan darah menjadi satu danau.
luas dan tenang. agak jingga merahnya.
dua puluh malaekat turun dari sorga
mensucikan yang sedang sekarat
tapi di bumi mereka disergap kelelawar-kelelawar raksasa
yang lalu memperkosa mereka.
angin yang sejuk bertiup sepoi-sepoi basa
menggerakkan rambut mayat-mayat
membuat lingkaran-lingkaran di permukaan danau darah
dan menggairahkan syahwat para malekat dan kelelawar.
ya, saudara-saudaraku,
aku tahu inilah pemandangan yang memusakan hatimu
kerna begitu asyik kau telah menciptakannya.
1966
Stanza
ada burung dua, jantan dan betina
hinggap di dahan.
ada daun dua, tidak jantan tidak betina
gugur di dahan.
ada angin dan kapuk, dua-dua sudah tua
pergi ke selatan.
ada burung, daun, kapuk, angin dan mungkin juga debu.
menegndap dalam nyanyiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar